MY INA
  Buah Pena
 

Sebuah Catatan Perjalan Jogja-Cirebon

 

“...tidak laki-laki....tidak perempuan, semua bercampur baur dalam sebuah simfoni paduan suara bermelodi rintihan hati dan penderitaan.”

Alhamdulillah.... Idul Fitri akan segera  tiba. Je jes je jes....ta ta ta tak... Kereta api Fajar Utama pun berangkat pukul 08.00, dan perjalananpun dimulai. Aku duduk di salah satu seat terbaik di gerbong tiga, seraya menatap pemandangan dari balik kaca. Banyak sekali yang kulihat waktu itu. Alam Indonesia memang indah....Aku terpana ketika melihat sungai Kulon Progo yang luas menghampar. Lalu kulihat petak-petak sawah berdesign terrasering nan unik indah rupawan. Tapi sebagian besar lahan tanaman padi berwarna kuning. Kemungkinan besar baru melewati masa panen. Oh...tidak..., kulihat banyak kepulan asap dari balik bukit, dari tengah sawah.  Oh tidak.....ada banyak jelaga arang di dalam petak-petak sawah, membuatnya terlihat seperti sekumpulan jamur hitam di atas selembar roti. Haruskan seperti itu? Tak adakan cara lain yang bisa ditempuh. Hmm...rasanya memang tidak ada. Karena kalau memang ada, sarjana-sarjana fakultas pertanian pasti sudah mensosialisasikan cara lain tersebut. Lalu ku berfikir lagi, mengapa ....mengapa Indonesia tidak mengadopt saja teknologi pertanian yang ada di USA. Semuanya tertata rapih, berteknologi tinggi, sehingga dididapatkan efisiensi, produktivitas dan efektivitas yang tinggi. Oh..iya...pasti karena masalah dana..dan.....penyerapan tenaga kerja. Kalau semua dikerjakan mesin, lalu apa yang bisa dikerjakan buruh2 tani... Hmmm...susah..susah...

Syukurlah dalam perjalana Jogja-Cirebon ini aku tidak menemui gunungan2an sampah separah yang terdapat di pinggiran rel daerah Jakarta-Bekasi. Yah..walaupun tetap saja kulihat beberapa titik daerah yang ternoda oleh sampah plastik yang menyebalkan itu.

Oh iya... satu lagi masalah. Kemiskinan dan pemiskinan terus terjadi di negri tercinta ini. Dalam satu kali perjalanan kereta saja banyak sekali kutemui fenomena- fenomena yang menyedihkan. Hapir semuanya memilukan hati. Mulai dari aksi semi-pemalakan seorang pemuda ganteng tapi sangar pada seorang pria kurus, sampai aksi meminta2 anak2 kecil di Stasiun Linggapura, Sirampog. Mereka bersahut-sahutan memelas, bahkan sampai menggedor-gedor gerbong kereta. Mereka berteriak-teriak “ Om..kasih lah Om..! Bu...Bu...minta Bu...!”. Weleh..weleh....anak2 sekecil itu sudah rajin ngetem di pinggir rel... tidak laki-laki....tidak perempuan, semua bercampur baur dalam sebuah simfoni paduan suara bermelodi rintihan hati dan penderitaan. Dengar saja, seorang gadis kecil sedang memohon padaku, “Mbak...Mbak...minta makan Mbak....!”

Yang lebih menggemaskan lagi, orang2 dewasa segar bugar ikut-ikutan meminta-minta. Beberapa malah meminta sambil memaksa. Oleh sebab itu saya menyebut peristiwa itu sebagai peristiwa semi-pemalakan. Padahal mereka kan masih bisa bekerja! Saking ada banyaknya peminta-minta, aku tidak memberi sepeser uang pun kepada  mereka. Yah..aku sendiri bingung, apakah dengan memberi mereka uang keadaan mereka akan membaik? Rasanya pun tidak fair untuk memberi mereka uang. Cari uang itu memang susah. Kalau semua orang memberi, kasihan lah orang yang mencari sesuap nasi dengan cara berjualan. Bisa-bisa pengasilan mereka jauh lebih rendah daripada pengemis-pengemis bermodalkan dengkul dan baju yang melekat di badannya.....

Eh,....baru saja ada ada seorang gadis menyodorkan sebuah amplop pada tiap penumpang, sambil berkata “Assamu’alaikum....maaf..mohon dibaca ya....”. Di amplop itu tertulis bahwa ia adalah anak yatim piatu. Ia meminta belas kasih para penumpang agar memberikan sumbangan untuk biaya sekolah dan makannya sehari-hari. Sungguh surat yang meluluhkan hati. Pertanyaannya adalah apakah surat yang ia tulis itu benar adanya sesuai dengan kenyataan? Jangan-jangan hanya akal-akalannya saja untuk mendapatkan sumbangan. Tapi bila itu memang benar, saya rasa anak tersebut sangat cerdik. Strategi yang bagus untuk menggalang donasi.^_^   

Je jes je jes....ta ta ta tak... kereta api terus berjalan, sesekali berhenti di stasiun kecil atau berhenti karena langsir. Kereta pun berhenti di dekat sebuah perkampungan, dimana aku melihat segerombol anak berlari-lari riang ke arah kereta melalui sebuah jalan setapak.  Semakin mereka mendekat semakin jelas tujuan mereka – minta-minta. Mereka melakukannya sebagaimana mereka melakukan permainan2 bocah. Tak ada beban di wajah mereka, menandakan bahwa mereka anak-anak yang sudah berkecukupan. Haruskah hal seperti ini manjadi budaya? Budaya meminta-minta yang terserap ke dalam jiwa anak bangsa?......  Mari kita berjuang bersama-sama memberantas kemiskinan, pengrusakan lingkungan dan keterbatasan! Kita buktikan bahwa kita bisa! Jangan hanya pasrah yang statis, alias putus asa! Karena masih ada hari esok untuk kehidupan yang lebih baik, untuk kita dan anak cucu kita.

NB: Sapi disawah kok kurus-kurus ya? Ampe keliatan tulang tusuknya!! Kurang gizi kaleee........heee..heee....chaww....

 

 

Salam Lestari....

Salam Pembebasan...

 -Anoer-

9 oKtoBEr 2006

           

Tumpukan Sampah Sisa “BUBAR" 

Acch...sungguh bersalah rasanya hati ini, membiarkan cup-cup plastik beserta isinya bertumpuk nggak karuan di kresek item gedhe. What did I do! Hellow!!! Gue yang pengen bisa kampanye anti penggunaan plastik en kampanye 3R malah nggak bisa ngatasin masalah sekecil itu...(eh, lumayan besar deng). Awalnya aku bingung banget. Gmn nih sekitar 80 org an akan datang ke rumahku buat BUBAR. Gile....gak mungkin kan makan pake piring en minum pake gelas kaca! Sebanyak itu....gak punya kalee... Kalopun ada.....hmm...niscaya sungguh butuh jam-jaman buat nyuci itu dishes. Ya gak lucu deh... opportunity cost gitu loh. Alhasil digunakanlah cara konvensional....yaitu penggunaan plastik yang exessive abhisss!!! Kolak pake gelas dan sendok kecil  plastik sekali pakai, plus keduanya dibungkus kantong plastik. Dinnernya dikemas di box warna pink, dengan plastik tempat lauk, lembar plastik sebagai pemisah, kantong plastik buat mbungkus buah en lalap, plus sendok plastik. Astaghfirullah...apa yang telah kulakukan.. Bodohnya lagi aku nggak tau bagaimana cara ngatur itu sampah.  Oh iya tambah lagi,... ada aqua cup yang terbuat dari plastik. Itu 3 macam sampah bentuknya udah gak karuan. Mending klo bersih ludes, ini sih masih banyak sisa-sisanya! Yang aqua airnya masih ada, yang kolak jg sama aja. Yang nasi...wuih...sisa makanannya kecampur sama plastik2 pembungkus. Wah...gak jelas banget deh! Setelah segala kebuntuan otak, akhirnya diriku.......menyerah. Yah sudahlah masukkan saja semuanya ke plastik item yang guedhe banget itu, berharap ada pemulung yang bener2 bisa memanfaatkan semua komponen sampah yang kubuang itu. Nggak bisa deh ngebayangin gimana tuh sampah di tempat pembuangan nanti. Takutnya isi sampah yang ada di kresek item gedhe itu dibongkar, dikeluarin. Kan bakal kacau banget tuch, soalnya banyak airnya.

Hari-hari pun berlalu....eh sekarang pas sholat tarawih aku dapat sedikit ilham. Sebenarnya ada cara untuk mengatasi itu problem, walaupun masih jauh dari sempurna sih.... Seharusnya waktu itu disediakan:

1.       Ember untuk mbuang kolak dan air putih

2.      Ember+kresek untuk mbuang sisa makanan

3.      Kresek untuk nampung sendok2 plastik

4.      Space untuk naruh gelas aqua bekas dan sendok kolak bekas

5.       Space untuk naruh plastik wadah lauk-pauk

6.      Kresek untuk mbuang plastik2 pembungkus kecil

7.      Last but not least...space untuk numpuk kerdus pink

Nah, nanti poin 1 bisa disaring dan dibuang airnya lalu diambil ampasnya untuk ditaruh di poin 2. Yang poin 2 ini enaknya sih dibikin pupuk! Tapi ya harus ada lahan, padahal halaman rumahku dipaving blok. Alatnya pun gak punya. Poin 3,4 dan 5 bisa dicuci lagi untuk direuse. (ya..kudu niat banget sih nyucinya, terutama yang poin 5). Yang poin 6 dibuang di TPS, dan yang nomor 7 klo sempet ya dikempesin, trus diberikan ke pemulung dech. Nnnn..ah terdengar lebih baik kan? Ok, lain kali Insya Allah nggak gitu lagi deh. Mudah2an ke7 poin diatas bisa dijalankan...Amin....

Temen-temen punya ide yang lebih baik untuk mengatasi masalah seperti di atas? Klo ada cara yang lebih efisien serta ramah lingkungan jangan sungkan2 kasih tau kita-kita ya..! Menderita lho lihat tumpukan sampah yang kita ciptakan sendiri.

 

 
  There have been 153151 visitors (434385 hits) on this site!  
 
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free